Jakob Sumardjo
Tindakan korup yaitu tindak kekuasaan. Dan kekuasaan yaitu kekuatan. Nenek moyang Indonesia mengenal trilogi tekad , ucap , lampah. Will , Mind , Power. Ketiganya satu.
Huru-hara para pemegang mandat kekuasaan rakyat kini ini yaitu uang. Tekadnya uang , pikirannya uang , dan kekuasaannya uang. Bukan tekadnya demi rakyat , pikirannya demi rakyat , dan kekuasaannya demi rakyat. Masih tidak mengecewakan jika tekad uang demi rakyat , pikiran uang demi rakyat , dan praktik kekuasaan yaitu uang demi rakyat. Yang terjadi yaitu trilogi uang demi diri sendiri.
Bangsa ini mengaku dirinya religius dan tujuan semua religi , berdasarkan sejarawan Arnold Toynbee , yaitu menyisihkan ego insan serta menebalkan simpati dan tenggang rasa bagi banyak orang lain. Tidak ada pelaku religi sejati yang hanya memikirkan kepentingan egonya sendiri.
Kenyataannya kini ini , setiap pemegang kekuasaan saling membela diri sendiri sebagai higienis sembari menuding yang lain sebagai kotor , dengan seluruh tekad , ucap , dan lampahnya. Pamer kekuasaan dan kebenaran merupakan aktivitas tiap hari. Rakyat , orang-orang lain itu , dari mana kekuasaan dan kekuatan mereka berasal , cuma dianggap kuburan. Mereka lupa bahwa rakyat juga memiliki will , mind , dan power sendiri.
Kentut Semar
Sejarah hati nurani rakyat , pikiran rakyat , dan kekuatan rakyat di Indonesia telah menerangkan kesabarannya yang luar biasa. Dan setiap kesabaran ada batasnya. Rakyat Indonesia semenjak dahulu kala memiliki tradisi sebagai abdi negara , abdi penguasa dalam Makna memercayai tekad , ucap , lampah para penguasanya , rakyat ini tak lain yaitu penakawan Semar dan anak-anaknya. Namun , jika ketidakadilan terus-menerus berlangsung di kalangan penguasa , bahkan dewa-dewa , maka tak segan-segan Semar mengamuk naik ke swargaloka. Kalau Semar—rakyat ini—mengamuk , ia bakal kentut terus-menerus menebar bau busuk , omongannya bergairah , dan matanya rembes lembap yang memudarkan pandangan matanya.
Para ilahi dan Batara Guru dicaci maki , dimarahi , dinalarkan kembali pikiran mereka yang bengkok. Anehnya para ilahi kekuasaan dalam kisah wayang ini tercerahkan dan tunduk kepada Semar yang jabatannya cuman pelayan raja ini. Para ilahi wayang ini ternyata lebih intelektual daripada sejarah para penguasa di Indonesia. Alih-alih mereka sadar dan tercerahkan oleh tekad ucap lampah rakyat , justru murka dan membalas kekuatan rakyat ini.
Kisah klasik harta , kuasa , dan perempuan di Indonesia tidak pernah berubah. Orang tidak pernah mencar ilmu dari sejarah. Dan sejarah kekuasaan di Indonesia selalu berulang. Kemarahan Semar , kemarahan rakyat , selalu jalan terakhir perubahan kekuasaan yang triloginya buruk.
Dari trilogi will , mind , power ini , kiprah will , tekad , nurani menjadi pangkal semua peristiwa. Kalau kemauan atau kehendaknya baik , pikirannya bakal baik , dan perbuatannya juga baik. Perselisihan trilogi kepolisian , kejaksaan , dan KPK bersumber dari tidak adanya kesatuan tekad , kemauan baik bersama , yakni memberantas korupsi. Justru ketiganya saling tuduh melaksanakan korupsi. Maling teriak maling.
Kemauan yang baik saja tidak cukup jika tidak diikuti oleh pikiran yang baik. Ketiga forum ini memiliki kiprah yang berbeda-beda dan dengan demikian trik berpikir yang berbeda-beda. Kesatuan trik berpikir yaitu perbedaan dalam kesatuan , praktik Bhinneka Tunggal Ika. Ketiganya harus memahami kiprah masing-masing untuk sanggup menyatu dalam kehendak yang sama: meMenghapuskan korupsi di Indonesia.
Yang menyatukan bangsa ini yaitu tekad yang sama , yakni merdeka dari penjajahan. Dalam tekad yang satu dan fokus ini , setiap perbedaan pikiran dikesampingkan , bukan malah ditonjol-tonjolkan dengan kekuatannya. Hanya sayang , sehabis kehendak mereka tercapai , perbedaan pikiran kembali dikobarkan. Akibatnya , terjadi perbuatan yang melibatkan sabung kekuatan. Itulah yang terjadi kini dalam skala mikro. Pikiran masing-masing dan kebenaran masing-masing dipamerkan di depan publik.
Mereka saling menuntut kebenaran masing-masing. Adu kebenaran dan sabung pikiran. Padahal , yang diinginkan rakyat hanyalah kebenaran perbuatan. Dan gimana perbuatan , power , pemberantasan korupsi ini bisa terjadi jika dalam tingkat kehendak , tekad , sudah berbeda yang tecermin dari ucapan pikiran mereka yang berbeda-beda pula.
Suap atau peras
Pokok duduk perkara yang membuat will , mind , power ini terpecah belah yaitu uang! Ketiganya saling menuduh terima suap atau memeras. Dan sumber kekacauan ini justru dari kaum petualang , spekulan , di luar mereka. Alangkah bodohnya dewa-dewa kekuasaan kita ini. Mereka saling berantem gara-gara ulah para Togog. Tokoh ini bermulut burung pelikan yang bisa menampung puluhan ikan di mulutnya. Dan dewa-dewa ini saling menuduh berebut beberapa ikan kecil yang meloncat jatuh dari ekspresi si Togog.
Kembalilah pada tekad usaha bangsa ini seratus tahun yang lampau. Pikiran boleh berbeda-beda , kebenaran boleh berbeda-beda , tetapi didasari oleh tekad yang sama. Kehendak mulia inilah yang menyatukan semua perbedaan dalam satu perbuatan yang mulia juga.
Di makam-makam taman pendekar negeri ini , arwah-arwah pejuang kita senantiasa bertanya , apakah negeri yang mereka berdiri ini tetap bersatu dalam tekad? Tekad yang benar , pikiran yang benar , dan perbuatan yang benar.
Jakob Sumardjo , Esais
0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Uang Dan Kekuasaan"