Bukan tidak mungkin kekerabatan dua negara anggota ASEAN yang bertetangga , Thailand dan Kamboja , bakal menyentuh titik yang paling rendah.
Kalau itu terjadi , sungguh amat disayangkan. Kita berharap krisis kekerabatan kedua negara tidak bertambah jelek meskipun kini ini kedua negara sudah menarik duta besarnya masing-masing.
Thailand yang lebih dahulu menarik duta besarnya , Prasas Prasasvinitchai , dari Phnom Penh. Tindakan Thailand itu dijawab Kamboja dengan menarik duta besarnya , You Ay , dari Bangkok.
Memang , penarikan kepala misi diplomatik yakni hal yang biasa dalam kekerabatan diplomatik antardua negara. Penarikan duta besar itu sanggup dikatakan ”kurang dramatis” dibandingkan dengan pemutusan kekerabatan setrik penuh. Oleh lantaran , meski duta besar ditarik , misi tetap bakal berlanjut kurang lebih normal di bawah pimpinan charge d’affaires , dengan kekuasaan yang terbatas. Meski demikian , penarikan duta besar itu tetap kita sayangkan , mengapa harus terjadi.
Keputusan Bangkok menarik duta besarnya dari Phnom Penh merupakan bentuk kekecewaannya atas keputusan Phnom Penh mengangkat Thaksin Shinawatra menjadi penasihat ekonomi pemerintah dan penasihat langsung PM Hun Sen.
Tindakan Kamboja itu merupakan pukulan telak bagi Thailand. Thaksin , yang mantan perdana menteri itu , oleh pengadilan Thailand sudah dijatuhi eksekusi dalam persidangan in absentia lantaran korupsi dan penyalahgunaan wewenang selama berkuasa hingga alhasil dikudeta pada tahun 2006.
Itulah sebabnya , Bangkok beropini keputusan Phnom Penh itu sebagai tindakan ”mencampuri urusan dalam negeri Thailand” dan ”tidak menghormati sistem aturan Thailand”. Tindakan itu juga dinilai ”melukai perasaan rakyat Thailand”.
Selama ini Thaksin yang lebih banyak tinggal di Dubai dituding masih bisa menggerakkan para pendukungnya untuk berdemonstrasi melawan pemerintah. Dan , dengan mendapat posisi di Kamboja , bakal semakin memudahkan beliau untuk ”bermain”. Apalagi , Kamboja sudah menyatakan tidak bakal mengekstradisi Thaksin ke Thailand.
Di antara kedua negara , memang , masih tersisa problem , yakni menyangkut kasus perbatasan. Dari sinilah muncul kasus Candi Preah Vihear , yang oleh PBB dinyatakan sebagai warisan dunia. Candi itu terletak di erat wilayah yang diperebutkan oleh kedua negara.
Kita berharap kedua negara bisa lebih berkepala dan berhati hambar untuk menuntaskan kasus itu. Kiranya perlu dicari jalan keluar yang elegan sesuai dengan ”budaya ASEAN”. Memburuknya kekerabatan kedua negara tentu hanya merupakan nilai negatif bagi ASEAN.
Kalau itu terjadi , sungguh amat disayangkan. Kita berharap krisis kekerabatan kedua negara tidak bertambah jelek meskipun kini ini kedua negara sudah menarik duta besarnya masing-masing.
Thailand yang lebih dahulu menarik duta besarnya , Prasas Prasasvinitchai , dari Phnom Penh. Tindakan Thailand itu dijawab Kamboja dengan menarik duta besarnya , You Ay , dari Bangkok.
Memang , penarikan kepala misi diplomatik yakni hal yang biasa dalam kekerabatan diplomatik antardua negara. Penarikan duta besar itu sanggup dikatakan ”kurang dramatis” dibandingkan dengan pemutusan kekerabatan setrik penuh. Oleh lantaran , meski duta besar ditarik , misi tetap bakal berlanjut kurang lebih normal di bawah pimpinan charge d’affaires , dengan kekuasaan yang terbatas. Meski demikian , penarikan duta besar itu tetap kita sayangkan , mengapa harus terjadi.
Keputusan Bangkok menarik duta besarnya dari Phnom Penh merupakan bentuk kekecewaannya atas keputusan Phnom Penh mengangkat Thaksin Shinawatra menjadi penasihat ekonomi pemerintah dan penasihat langsung PM Hun Sen.
Tindakan Kamboja itu merupakan pukulan telak bagi Thailand. Thaksin , yang mantan perdana menteri itu , oleh pengadilan Thailand sudah dijatuhi eksekusi dalam persidangan in absentia lantaran korupsi dan penyalahgunaan wewenang selama berkuasa hingga alhasil dikudeta pada tahun 2006.
Itulah sebabnya , Bangkok beropini keputusan Phnom Penh itu sebagai tindakan ”mencampuri urusan dalam negeri Thailand” dan ”tidak menghormati sistem aturan Thailand”. Tindakan itu juga dinilai ”melukai perasaan rakyat Thailand”.
Selama ini Thaksin yang lebih banyak tinggal di Dubai dituding masih bisa menggerakkan para pendukungnya untuk berdemonstrasi melawan pemerintah. Dan , dengan mendapat posisi di Kamboja , bakal semakin memudahkan beliau untuk ”bermain”. Apalagi , Kamboja sudah menyatakan tidak bakal mengekstradisi Thaksin ke Thailand.
Di antara kedua negara , memang , masih tersisa problem , yakni menyangkut kasus perbatasan. Dari sinilah muncul kasus Candi Preah Vihear , yang oleh PBB dinyatakan sebagai warisan dunia. Candi itu terletak di erat wilayah yang diperebutkan oleh kedua negara.
Kita berharap kedua negara bisa lebih berkepala dan berhati hambar untuk menuntaskan kasus itu. Kiranya perlu dicari jalan keluar yang elegan sesuai dengan ”budaya ASEAN”. Memburuknya kekerabatan kedua negara tentu hanya merupakan nilai negatif bagi ASEAN.
TAJUK RENCANA
0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Krisis Thailand-Kamboja"