Latest News

Kumpulan Opini Kompas: Merindukan Kepahlawanan(?)

Garin Nugroho

Apa yang terjadi dengan bangsa ini? Mengapa kita tidak memiliki kepahlawanan kepemimpinan hampir di banyak sekali bidang di tengah sejumlah insiden besar bangsa serta euforia demokrasi?

Masyarakat hampir tidak tahu , mana yang baik dan tidak baik , mana yang perlu dicontoh dan tidak dicontoh? Kita kehilangan panduan berbangsa , kepahlawanan kita yaitu tokoh gosip dan tokoh bermasalah , bukan pemecah masalah.

Komentar seorang guru ini terkait gosip KPK sampai Bank Century. Meski sederhana , sebetulnya merupakan muara dari nilai-nilai dasar kebangsaan , yakni bangunan warga negara terkait kerinduan laris nilai Keistimewaan berbangsa , sebutlah nilai-nilai pengorbanan , keteladanan , kejujuran , kerja keras , sampai rasa malu.

Kepahlawanan yaitu kodrat kemanusiaan terbesar , yang hidup semenjak dini , menempel dalam seluruh pertumbuhan insan dalam upaya membangun peradabannya. Dengan kata lain , kepahlawanan menempel pada kerinduan dari sifat mulia insan , yang mengontrol sifat-sifat insan lain , menyerupai sifat kebinatangan. Sifat-sifat itu muncul pada sikap kerakusan , jalan pintas , kehilangan rasa aib , dan lainnya.

Maka , penanda terbesar kemerosotan kebangsaan terbaca dengan tidak dihormatinya nilai-nilai kepahlawanan sekaligus tidak lahirnya bentuk-bentuk kepemimpinan kasatmata hari ini , yang bisa memberi nilai-nilai kepahlawanan dalam banyak sekali perspektifnya.

Oasis kepahlawanan

Kegelisahan sang guru atas hilangnya nilai kepahlawanan mencerminkan demokrasi kehilangan dua pilar terbesar , yakni insan dan kemanusiaannya sebagai pelaksanaan kerja demokrasi. Di sisi lain , hilangnya pendidikan warga negara dalam membangun proses berbangsa.

Perlu dicatat , kepahlawanan yaitu kitab besar pendidikan warga negara , di dalamnya terkandung obrolan falsafah , penegakan prinsip aturan dan kemampuan membuat nilai-nilai serta impian gres dalam ruang sosial masyarakat , yang berbasis pada rasa keadilan.

Bisa diduga , kepahlawanan tumbuh menempel dalam peradaban insan , dihidupkan dalam dongeng-dongeng , diformulasikan melalui nilai-nilai etika dan aturan , didiskursuskan melalui bermacam-macam ilmu pengetahuan , dari humaniora sampai filsafat. Namun yang penting , dihidupkan dalam banyak sekali kebudayaan insan di setiap bangsa , melalui trik kerja , berpikir , bereaksi , dan impian warga negara atas sejumlah insiden bangsa.

Karena itu , ratusan pesan di Facebook dan antusias masyarakat atas nasib Bibit dan Chandra sampai kasus Bank Century , tugas Anggodo maupun penegak aturan termasuk Presiden , mengatakan impian keadilan sebagai oasis nilai kepahlawanan yang dirindukan masyarakat , sekaligus cermin panjang durjana peradilan dalam sejarah yang dipenuhi festival demokrasi.

Dengan kata lain , jikalau presiden sampai jajaran penegak aturan tidak bisa menemukan fakta dan menegakkan keadilan , maka menyerupai dikatakan sang guru kepada penulis , 10 tahun reformasi hanya dijadikan waktu oleh elite politik untuk terampil menggunakan dan memamerkan mekanisme demokrasi untuk kepentingan kekuasaan , tetapi bukan untuk keadilan.

Hasil pemilu bukan pelaksanaan demokrasi , tetapi sekadar permainan prosedural demokrasi guna menjaga dan melindungi kekuasaan beserta ekonomi yang mendukungnya. Jika ini terjadi , ini bukan demokrasi , tetapi demo alias festival sok agresi demokrasi.

Mampu menerobos

”Kita harus membela rasa keadilan masyarakat. Kita harus berani melaksanakan terobosan aturan , lewat aturan yang progresif.” Ucapan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD itu yaitu esensi kerja pelaku kepahlawanan.

Perlu dicatat , dalam sejarah kepahlawanan , baik pendekar hiburan , ekonomi , sampai politik , senantiasa terbaca kemampuan terobosan di tengah anomali nilai dan tugas institusi. Simak dan belajarlah dari kepahlawanan terkenal yang digandrungi , tokoh- tokoh Superman sampai Batman , senantiasa menerobos mekanisme formal penegak aturan sebab keadilan masyarakat perlu diselamatkan di tengah krisis.

Dengan kata lain , kepahlawanan yaitu geniusitas terobosan pemecahan problem , yang mengandung evakuasi atas nilai falsafah bangsa , prinsip aturan , dan kehidupan sosial berkeadilan dalam masyarakat.

Masihkah nilai itu menjadi potongan kerja elite politik , atau hanya tinggal dalam buku-buku fiksi , dan politik kita menjadi kisah tanpa kepahlawanan , tanpa panduan kebaikan dan keburukan serta hilangnya keteladanan?

Garin Nugroho Budayawan





0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Merindukan Kepahlawanan(?)"

Total Pageviews