Coba pasangkan burung biru sable ini dengan fischeri wild form dan lihat apa hasil yang anda dapatkan. Bisa dipastikan anda akan mendapatkan hasil burung yang mempunyai warna merah belebihan dibagian kepala dan tidak jarang karakteristik hibridnya kembali akan muncul. Mengapa harus kembali dipasangkan dengan burung seri hijau? Ini ialah untuk pembuktian.
Untuk mempelajari dan meneliti sebuah mutasi, harus selalu dimulai dengan burung seri hijau biar anda tahu apa mutasi yang anda hadapi termasuk semua karakteristiknya. Jika anda sanggup mentoleransi warna merah yang berlebihan dikepala fischeri, apakah selanjutnya anda juga sanggup mendapatkan personatus dengan dada merah dan bukan kuning?
Ada beberapa point yang perlu anda perhatikan:
- Pahami dengan baik apa yang dimaksud dengan sable.
- Sable ialah hibrid dan BUKAN mutasi.
- Opaline ialah mutasi jadi jangan membandingkan opaline dengan sable yang bukan mutasi.
- Sebagian mutasi pied (blorok) dan sebagian mutasi fallow mengalami reduksi eumelanin sehingga terlihat ibarat sable tapi tidak ada hubungannya dengan sable sebab pied dan fallow ialah mutasi sedangkan sable bukan. Sekali lagi, jangan membandingkan atau menghubung hubungkan mutasi dengan non mutasi.
Akhir final ini banyak diskusi di media umum mengenai sable head (selanjutnya kita sebut sable). Lalu apa tolong-menolong sable itu? Berikut ialah artikel dari Dirk Van den Abeele yang berjudul “Witkop fischeri - white headed fischeri”. Disini kita lebih mengenalnya dengan sebutan kepala putih (kepala elang). Artikel ini sudah melalui proses editing.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, satu hal penting yang harus anda ketahui ialah bahwa sable itu BUKAN mutasi, tapi merupakan suatu bentuk seleksi yang tidak sanggup diterima dan tidak iinginkan (red: sesuai standard lomba BVA). Berdasarkan penelitian ilmiah, sekali lagi penelitian ilimah, pada burung normal wild type Agapornis fischeri memang terdapat psittacin merah dikepala cuilan belakangnya tapi hanya dalam jumlah yang sangat sangat sedikit. Selain itu, dari observasi eksklusif dilapangan terhadap burung yang hidup dialam liar diketahui bahwa 90% warna topengnya bukan berwarna merah tapi orange kemerahan.
Beberapa tahun yang kemudian memang banyak yang lebih menyukai Agapornis fischeri yang mempunyai topeng berwarna merah solid termasuk para juri. Untuk mendapatkan burung dengan penampilan ibarat ini, maka para peternak kemudian berlomba lomba mencari dan menyilangkan burung yang mempunyai warna topeng paling merah. Sayangnya, tanpa mereka sadari bahwa dengan menciptakan topengnya menjadi merah, maka kepala cuilan belakangnya juga ikut menjadi merah tapi tidak ada yang memperhatikan (tdak peduli) hal tersebut.
Ketika mutasi NSL ino muncul ada spesies Agapornis personatus, maka kembali banyak yang menginginkan topeng pada burung tersebut berwarna merah semerah merahnya. Untuk medapatkan warna merah itu, mereka memakai burung generasi F3 dan bahkan F2 hibrid (supaya anda mengerti, lutino pada A.personatus ialah hasiil transmutasi) sebagai indukan. Supaya kesalahan ini tidak berlanjut maka dibuatlah sebuah hukum yang menjelaskan bagaimana seharusnya bentuk yang sesuai dengan standard.
Warna merah yang berlebihan ini ialah efek dari menghilangnya eumelanin (pigmen gelap) dan digantikan oleh kehadiran psittacin sehingga menciptakan penampilan burung (fenotipe) menjadi tidak sesuai lagi dengan bentuk wild form. Yang terlihat ialah burung berwarna hijau yang cuilan kepalanya nyaris semuanya berwarna merah. Jika burung ini disilang dengan burung seri biru, maka akan menghasilkan burung yang cuilan kepalanya sudah kehilangan psittacin dan eumelanin. Yang terlihat ialah burung berwarna biru yang seluruh kepalanya berwarna putih.
Diakhir tahun 1990, untuk pertama kalinya ada peternak yang menjual burung berkepala putih ini dikala berlangsungnya program BVA Masters. Kemudian kami menunjukkan klarifikasi kepada peternak tersebut mengenai burung yang ingin ia jual. Akhirnya burung tersebut memang terjual tapi pembelinya ialah orang luar negeri. Dan dinegeri barunya, burung tersebut diberi nama “sable” dan berdasarkan mereka ini ialah mutasi baru. Ini ialah sejarah nama sable. Kaprikornus anda harus paham apa yang dimaksud dengan sable. Padahal sable sama sekali BUKAN mutasi. Ada juga yang mengaitkan sable dengan pied (blorok). Pada mutasi pied dan juga beberapa tipe mutasi fallow memang terjadi reduksi eumelanin tapi itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan sable.
Sekitrar enam tahun yang lalu, ada beberapa orang yang melihat burung “sable” ini di internet dan ingin mengimportnya ke Belanda. Saya berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan mereka biar tidak membeli burung tersebut. Tapi tentu saja saya tidak sanggup meyakinkan semua orang. Tetap saja ada peternak yang tertarik untuk membeli burung sable ini sebab katanya ia suka melihat penampilannya. Oleh peternak tersebut burung sable kepala merah ini kemudian dipasangkan dengan fischeri. Sungguh sangat disayangkan.
Oleh sebab adanya standard gres yang menyampaikan bahwa topeng fischeri green dilarang terlalu merah maka mereka kemudian mengkombinasikannya dengan burung seri biru dan balasannya dijual dengan nama white-heads (kepala putih atau kepala elang). Ini ialah sebuah nama yang cantik untuk fenotipe yang tidak bagus. Tapi harus kita akui bahwa ini semuanya berawal dari kesalahan penjurian dalam menilai burung fischeri hijau dimasa kemudian yang tolong-menolong sanggup dihindari.
Tulisan yang berdasarkan penelitian ilmiah ini hanya bertujuan sebagai pembelajaran dan bukan aturan. Jika berdasarkan anda sable ialah burung bagus, silahkan anda teruskan proyek anda. Tidak ada yang melarang anda untuk beternak sable dan saya sangat menghormati pilihan anda.
disunting ulang dari ulasan Om Yunan Helmi Komunitas Lovebird Indonesia
0 Response to "Ternyata Sable Head Itu Hibrid Bukan Mutasi ! Tidak Dapat Dibandingkan Dengan Opaline."